Seperti inilah sang induk orangutan berusaha melindungi anaknya ketika mereka akan dibunuh pemburu di Kalimantan.
Tim Gabungan Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) berhasil melepasliarkan dua ekor orangutan pada 25 Januari 2012.
Dua orangutan yang dilepasliarkan adalah induk dan anak yang diberi nama Suci dan Sri. Keduanya adalah orangutan yang ditemukan di kawasan perkebunan PT Balacak Himba Bahari (BHB) pada tanggal 22 Januari 2012.
Ada momen mengharukan saat tim akhirnya berhasil melepasliarkan Suci dan Sri. Ekspresi kedua orangutan itu saat lepas liar jauh berbeda dengan ekspresinya saat ditemukan di dekat area semai perkebunan.
Dr Aldrainto Priadjati, Deputi Direktur RHOI, mengatakan, saat ditemukan, orangutan tampak kelelahan. Orangutan memeluk anaknya. Sementara di sekelilingnya, orang-orang membawa parang dan tali.
Ekspresi berbeda ditunjukkan saat lepas liar. "Begitu mencium bau hutan, orangutan yang kita bius lalu tersadar. Induk dan anaknya spontan langsung memanjat pohon," ungkap Aldrianto dalam konferensi pers, Kamis (2/2/2012).
"Kita sampai khawatir karena orangutan belum sadar penuh. Akhirnya kita tunggu karena kita khawatir orangutan akan jatuh," tambah Aldrianto.
Aldrianto mengungkapkan, momen tersebut sangat mengharukan. Orangutan seperti kembali ke rumahnya. Video di bawah menggambarkan momen tersebut.
Suci dan Sri dilepasliarkan di hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur. Selain keduanya, masih banyak orangutan yang menunggu untuk dilepasliarkan. Di pusat rehabilitasi, ada 850 ekor orangutan yang harus dikembalikan ke alam.
Pelepasliaran orangutan menyisakan masalah. Lahan terbatas dan butuh biaya miliaran untuk menyewa hutan serta mengirim orangutan ke hutan. Butuh keberpihakan banyak pihak, termasuk pemerintah dan kalangan bisnis, untuk mengatasinya.