Oleh : dr Andri SpKJ *
Pagi hari (22/01/2012) sepulang dari beribadah di Vihara saya membaca kabar yang begitu mengejutkan di suatu harian online. Sebuah kecelakaan menewaskan 8 orang di sekitar Tugu Tani, Jakarta Pusat. Berita tersebut mengatakan bahwa mobil Xenia yang dikemudikan Afriyani Susani (29 tahun) itu menabrak para pejalan kaki dan orang-orang yang baru saja melakukan aktivitas olahraga di minggu pagi yang cerah itu. Ketika membaca ulang berita terkait kecelakaan maut ini, jumlah korban tewas menjadi 9 orang dan banyak masih yang luka-luka dan dalam perawatan serius di rumah sakit.
Dari berbagai keterangan awal didapatkan kemungkinan rem mobil Xenia tersebut blong alias tidak berfungsi tetapi penyelidikan lebih lanjut tidak mendapatkan hasil yang mendukung pengakuan pengemudi. Terakhir malah dikabarkan bahwa pengemudi menggunakan narkoba jenis metamfetamin (ekstasi) di malam sebelum kejadian tersebut. Kendaraan saat dipacu pun sangat kencang bahkan dikatakan sampai 100 km/jam. Kondisi mengantuk setelah pulang pesta dan pengaruh minuman keras serta ekstasi menambah runutan cerita di belakang kondisi kecelakaan yang mengenaskan ini.
Efek Ekstasi
Ekstasi atau bahasa ilmiahnya adalah MDMA (3,4-Methylenedioxymethamphetamine) adalah suatu jenis obat stimulan (beberapa kepustakaan menyebutkan juga bersifat halusinogen) yang merupakan derivat amfetamin yang banyak digunakan sebagai “party drugs”. Banyak orang menggunakan zat ini untuk mendapatkan efek psikologis selain efek fisiologis yang diinginkan.
Efek yang paling diinginkan adalah perasaan euforia sampai ekstase (senang yang sangat berlebihan). Obat ini juga menimbulkan efek meningkatnya kepercayaan diri, harga diri, dan peningkatan libido. Pemakai ekstasi bisa tampil penuh percaya diri tanpa ada perasaan malu sedikit pun dan menjadi orang yang berbeda kepribadian dari sebelumnya.
Salah satu yang mungkin menarik banyak orang untuk memakai zat ini adalah pemakaian zat ini tidak dibarengi dengan efek sedasi atau menurunnya kesadaran akibat zat tersebut. Tidak seperti pemakai heroin atau ganja, pemakai ekstasi dapat membuat dirinya untuk tetap membuat terjaga dan konsentrasi ketika obat baru saja dimakan.
Selain efek yang menyenangkan di atas, sebenarnya ekstasi juga membuat timbulnya gejala-gejala psikosomatik, paranoid, halusinasi, dan agresivitas. Kelebihan dosis pemakaian obat ini akan membuat orang menjadi mudah tersinggung dan berani berbuat sesuatu yang mengambil risiko.
Efek setelah pemakaian
Ada beberapa hal yang perlu diketahui akibat pemakaian ekstasi terutama efek yang terjadi setelah pemakaian yang akut (segera) yang terbagi atas gejala psikologis dan fisik. Gejala psikologis antara lain : kecemasan dan paranoid, depresi, iritabilitas, kelelahan, hilangnya perhatian, fokus dan konsentrasi (juga hilangnya motivasi dan keinginan) akibat menurunnya level serotonin di sistem otak. Selain gejala psikologis, orang yang baru saja menggunakan ekstasi maka sesudahnya bisa mengalami gejala-gejala fisik seperti rasa pusing, kepala ringan, vertigo, menurunnya nafsu makan, diare, sulit buang air besar, rasa lelah yang berlebihan.
Tingkatkan risiko kecelakaan
Jika melihat efek yang diakibatkan oleh zat yang bernama ekstasi ini, maka wajar jika pengguna obat ini tidak diperkenankan mengendarai kendaraan bermotor setelah menggunakannya dalam pesta. Setelah pemakaian ekstasi beberapa jam, maka konsentrasi dan perhatian akan menurun drastis berbeda ketika masih dalam pengaruh ekstasi saat baru saja digunakan. Hilangnya konsentrasi dan perhatian sangat berbahaya jika dialami oleh para pengemudi kendaraan bermotor. Kita mengetahui kelalaian sedikit saja akan menyebabkan kecelakaan pada kendaraan yang kita kendarai apalagi jika dipengaruhi efek obat.
Apalagi, jika efek obat masih terasa saat memutuskan mengendarai kendaraan. Keberanian yang berlebihan dan rasa percaya diri yang terlalu tinggi akibat zat ini bisa membuat orang berperilaku risiko tinggi termasuk ngebut di jalan raya.
Jadi, memang jangan pernah sekali-kali anda yang menggunakan ekstasi kemudian pulang sendiri mengendarai mobil atau motor jika tidak ingin apa yang telah terjadi pada tabrakan maut kemarin terulang lagi.
Salam Sehat Jiwa
Dr. Andri Andri, Sp KJ
Assistant of Associate Professor
Psychosomatic Medicine Specialist