Monyet Paling Langka Ditemukan

Monyet Laba-laba Coklat

Populasi baru monyet laba-laba coklat (Ateles hybridus), salah satu monyet paling langka di dunia, ditemukan di Taman Nasional Selva de Florencia di Kolombia.

Selama survei, ilmuwan menemukan subspesies dari monyet laba-laba coklat, yakni A hybridus brunneus, yang hidup di wilayah tersebut.

Subspesies yang ditemukan dan lainnya, A hybridus hybridus, telah diketahui hidup di wilayah Sungai Magdalena yang melewati wilayah Selva de Florencia.

Monyet laba-laba coklat dikategorikan sebagai hewan terancam punah oleh International Union of Conservation of Nature (IUCN).

Populasi monyet ini berkurang hingga 80 persen dalam kurun waktu 45 tahun terakhir karena perburuan dan berkurangnya habitat.

Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Wildlife Conservation Society Latin America and Carribean Program, ilmuwan memprediksi bahwa kurang dari 30 individu A hybridus brunneus yang hidup di wilayah seluas 1 km persegi.

Dalam ekspedisi itulah A hybridus brunneus ditemukan. Sementara subspesies lain dari monyet laba-laba coklat tidak ditemukan.

Nestor Roncancio dari Wildlife Conservation Society mengungkapkan bahwa penemuan monyet langka ini adalah momen yang sangat emosional.

Taman nasional tempat monyet itu ditemukan berdiri sejak tahun 2005 dan tak ada tanda-tanda keberadaan monyet laba-laba coklat. Sementara survei sulit dilakukan karena wilayah yang sulit dan adanya konflik.

Pada bulan November 2011, petani lokal menjumpai monyet laba-laba coklat. Laporan petani lokal itu lalu ditindaklanjuti oleh penelitian.

"Kami sangat terkejut karena, meski kami tahu mungkin monyet itu ada di sana, kami tahu bahwa kemungkinannya kecil untuk melihat monyet itu dalam trip yang pendek dan di medan yang sulit," kata Roncancio seperti dikutip National Geographic, Jumat (27/1/2012).

Monyet laba-laba coklat yang ditemukan merupakan monyet yang terletak di wilayah paling selatan dan merupakan satu-satunya kelompok yang ditemukan di Taman Nasional Selva de Florencia.

Saat ini, Roncancio dan rekannya mengembangkan rencana konservasi untuk melindungi primata di daerah tersebut.

Sumber :National Geographic News