Info Bisnis - Bisnis Kemasan Unik, Modalnya Cuma Rp 50.000


Pepatah mengatakan, jangan menilai buku dari sampulnya. Namun, jika "sampul" sebuah kemasan begitu cantik, siapa yang tak tertarik? Siapa tahu ide kreatif ini bisa Anda curi sebagai kemasan aneka bingkisan.

Toples Ifed’s, flanel di atas toples
Ifed adalah panggilan Fedisa Rismarini (27), seorang ibu rumah tangga lulusan Ilmu Informatika UPN yang sukses menyulap flanel menjadi hiasan untuk aneka toples.

Bermula dari hobi membuat berbagai kerajinan tangan dari bahan flanel, Ifed yang di pertengahan tahun 2009 belum memiliki pekerjaan tetap setelah menikah ini memutuskan untuk menjual beberapa hasil karyanya, seperti gantungan kunci dan boneka flanel. Setelah beberapa lama, idenya berkembang untuk mengaplikasikan flanel sebagai hiasan toples. Tak disangka, dari awalnya hanya coba-coba, produknya malah disukai banyak orang. Pesanan pun membanjir.

Kebanyakan pembeli melihat produk-produk Ifed melalui website, http://fedscraft.ariefedisa.com, dan Facebook. Dari situ, Ifed pernah menerima orderan toples hingga 5 lusin. Toples buatan Ifed pun tak dipatok dengan harga mahal, masing-masing berkisar Rp 17.000 hingga Rp 20.000 per toples.

"Untuk toples memang baru-baru ini saja mengaplikasikannya dengan flanel. Ternyata banyak yang suka. Akhirnya dibuat berbagai macam bentuk dan warna, jadi ada banyak pilihan," urai Ifed saat ditemui di kediamannya, Jalan Atmosukarto 9 H2, Kotabaru, Yogyakarta.

Saat ini, produk yang dilabeli merek Ifed’s ini sudah tersebar di beberapa toko di daerah Yogyakarta, juga kota-kota lain seperti Semarang dan Temanggung. "Beberapa keluarga di Semarang dan Temanggung juga ikut menjualkan. Alhamdulillah banyak yang suka. Sehari bisa memproduksi 10-15 toples dengan model berbeda,” katanya.

Modal Rp 50.000
Berapa banyak keuntungan yang diraup Ifed dari berjualan kemasan unik ini? Ternyata cukup lumayan untuk ukuran industri rumah tangga. Dalam seminggu, Ifed mampu meraih paling tidak Rp 1,7 juta. Jika ada momen istimewa seperti Lebaran dan Natal, toples-toples lucu buatan Ifed semakin laku. "Permintaan dari Facebook paling jauh sudah sampai Medan dan Aceh. Dari Kalimantan juga banyak," ujarnya.

Saking banyaknya peminat, Ifed juga menyediakan parsel toples dengan harga yang cukup terjangkau, mulai Rp 75.000-Rp 150.000 saja per paket. "Usaha ini ongkos produksinya murah sekali, tetapi return-nya besar. Bahan flanel, kan, banyak dan murah. Tinggal bagaimana meng­kreasikannya saja,"ujarnya.

Ketika memulai bisnis ini, Ifed bahkan mengaku hanya mengeluarkan uang sangat sedikit. "Ingat banget, dulu modalnya cuma Rp 50.000. Daripada menganggur setelah menikah, kan, lumayan buat dapat tambahan. Eh, ternyata berhasil," ujarnya.

Saat ini, Ifed masih menyimpan cita-cita, suatu saat memiliki toko pernak-pernik sendiri untuk menjual berbagai hasil karyanya. "Sedang proses ke arah situ. Kalau punya toko sendiri pastinya lebih puas," katanya.

La Rizz, kantong dan boks "funky"
Saat sang buah hati akan berulang tahun yang ke-4 setahun yang lalu, Erinawati Aziza (30), berniat membagikan goodie bag berisi cupcake dengan kemasan kantong yang sedang in. Ketimbang beli dengan desain yang pasaran, Ina, sapaan akrabnya, terpikir membuat kantong bingkisan berbeda.

Ia pun mulai menggambar sketsa Alif, anaknya, sambil ditambahi figur kartun, mobil, dan kapal kegemaran sang anak. "Setelah ilustrasi selesai, lalu saya scan. Dengan bantuan program Photoshop di komputer, gambar tadi dipercantik lalu dicetak. Setelah jadi, saya lipat dan direkatkan dengan lem hingga menjadi kantong,” ujar Ina.

Tak dinyana, kreasi dadakannya itu disukai para tamu. Berniat menjadikannya usaha serius, nama La Rizz pun diusung untuk memperkenalkan tongky (kantong funky) dan bongky (boks funky). Tongky biasanya untuk kemasan yang isinya ringan, seperti cupcake dan goodie bag, sedangkan bongky dilengkapi tutup di bagian atasnya untuk isi kemasan yang lebih berat.

"Konsepnya lebih personal dan eksklusif. Kalau pesan di perusahaan percetakan, kan, sekali pesan jumlahnya harus banyak dan desainnya juga sudah umum. Kami bisa menerima order minimal 10 buah dengan desain sesuai keinginan konsumen," ungkapnya lagi.

Dibantu Riko Kristiandono (30), sang suami, Ina pun berbagi tugas. "Saya di bagian produksi dan finishing, Ina di bagian terima order, desain, dan quality control," ujar Riko.

Desain bebas
Seperti apa desainnya? "Bebas saja, bergantung konsumen. Kalau ingin menampilkan foto, disarankan yang resolusinya tinggi agar tidak pecah saat dicetak."

Pengerjaan tongky atau bongky memerlukan waktu satu minggu. Tak hanya dari Jabodetabek, konsumen juga banyak yang berasal dari luar kota seperti Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Bahkan dalam waktu dekat ada pesanan yang akan dibawa ke Singapura dan Malaysia. Kebanyakan mereka pesan saat sedang di Jakarta, lalu dibawa ke tempat asalnya. Atau bisa juga dikirim melalui jasa titipan kilat.

Untuk usaha yang telah berlangsung setahun ini, Ina dan Riko mengandalkan tempat digital printing yang memiliki kualitas tinta dan kertas yang bagus. Juga tukang pond yang bisa membuat pola lekukan untuk membentuk boks atau kantong. "Biasanya setelah dicetak, kantong atau boks kami bawa pulang untuk ditambahi tali, pita, atau aksesori lainnya. Ada juga yang warnanya sengaja dibuat hitam-putih agar bisa diwarnai oleh anak-anak."

Harganya cukup bervariasi, tergantung jumlah dan ukuran kemasan. "Harga per buah untuk tongky Rp 10.000-Rp 15.000 dan bongky Rp 30.000-Rp 35.000. Ukurannya mulai dari 10 cm x 20 cm sampai 18 cm x 18 cm. Saat ini kami belum bisa menerima order terlalu banyak, maksimal 120 buah," ujar Ina.

Kebanyakan kemasan dibuat untuk goodie bag ulang tahun, suvenir, lamaran, atau pengajian menjelang pernikahan. Bila pesanan sedang banyak, selain mengerjakannya sepulang kerja, tak jarang akhir minggu mereka "kejar setoran" menyelesaikan pesanan.

"Selain tongky atau bongky, kami juga bisa menerima pesanan kartu undangan, isi suvenir (buku mewarnai, puzzle, krayon) berdasarkan keinginan. Harganya tentu saja di luar kemasan," ujar Ina yang mengaku mendapat laba berkisar 50-70 persen dari setiap pesanan.

sumber: (Tabloid Nova/Ade Ryani)