RI Masih Tergantung 40% Garam Impor India


Jakarta - Tahun 2011 ini diperkirakan masih akan ada impor garam sebanyak 1,2 juta ton. Garam sebanyak itu berasal dari Australia sebesar 60% dan 40% dari Negeri Hindustan India.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Garam Slamet Untung Irredenta kepada detikFinance, Minggu (17/7/2011)

"Sekitar 60% dari Australia dan 40% dari India, kurang lebih 1,1-1,2 juta ton," katanya

Ia mengatakan bulan Juli ini sudah mulai ada kegiatan produksi garam lokal yang dilakukan petani garam dan PT Garam. Produksi garam lokal saat masih belum banyak, pada Agustus diperkirakan produksi sudah mulai normal.

"Harga juga baik karena stok masih sedikit dan kwalitasnya diatas garam impor dari India, yang perlu dijaga tentang harga kalau panen petani sudah normal, agar tidak didistorsi oleh trader-trader yang ada," katanya.

Slamet menjelaskan tipikal garam Australia memiliki tingkat keasinan yang tinggi dan lebih keras sehingga lebih banyak digunakan sektor industri. Sementara garam India memiliki karakter yang kurang lebih sama dengan garam lokal, dan lebih banyak dikonsumsi untuk rumah tangga atau konsumen umum.

"Untuk rumah tangga, konsumen kita lebih senang dari India, karena mudah digerus lebih lunak," katanya.

Produksi garam nasional tahun ini tetap ditargetkan mencapai 1,2-1,3 juta ton. Khusus PT Garam menargetkan produksi garam 365.000 ton. Produksi garam nasional di 2010 hanya terealisasi 3,27% dari target 1,3 juta ton karena tingginya curah hujan.

Sebagai gambaran pada 2009 produksi garam nasional hanya mencapai 1.265.600 ton, masih jauh lebih rendah dari kebutuhan garam sebesar 2.865.600 ton pada waktu itu.

sumber: detik.com