Gadget Lunturkan Kebersamaan Emosional


Secara fisik ibu dan anak ini memang dekat, tetapi kemana perhatian sang ibu

Perkembangan zaman yang begitu pesat ternyata turut mempengaruhi dinamika dalam keluarga. Terutama dalam hal hubungan emosional antaranggota keluarga. Keadaan ini mengurangi intensitas anggota keluarga untuk berkomunikasi secara langsung dan merasakan kebersamaan dan kedekatan antara satu sama lain.

Sudah bukan pemandangan aneh lagi bila satu keluarga berkumpul, tapi setiap anggota sibuk dengan gadget-nya masing-masing. Ayah sibuk mengecek laporan kerja di laptop, anak-anak bermain video games, sedangkan ibu asyik Facebook-an di ponsel. Secara fisik mereka berdekatan, tetapi sebenarnya tidak ada kebersamaan secara emosional karena masing-masing sibuk dengan gadget-nya.

Pemandangan ini dikuatkan dengan survei yang dilakukan PT Kraft Foods Indonesia terhadap 250 orangtua dan anak di Jakarta mengenai perilaku penggunaan gadget mereka. Terlihat bahwa 70 persen anak memiliki gadget, dua yang utama adalah ponsel dan laptop. Hal ini menjadi keprihatinan bagi Hanny Muchtar Darta, Emotional Intelligence Parenting Consultant. Dalam sosialisasi "8 Cara Eratkan Keluargaku" di Birdcage Parc Resto, Jakarta, Selasa (26/7/2011) lalu, ia menyampaikan beberapa masalah yang muncul akibat anggota keluarga lebih asyik dengan perangkat elektroniknya masing-masing.

Menurutnya, tiga masalah utama yang dihadapi orang tua adalah: kesulitan berkomunikasi dengan anak, merasa anak sulit diarahkan, dan sulit memahami anak. Sementara tiga masalah utama yang dirasakan anak adalah: orang tua jarang meluangkan waktu dengan anak, orang tua asyik dengan gadget-nya, dan anak sulit berkomunikasi dengan orang tua. Ketika berinteraksi, anak merasa orang tua mudah marah sehingga anak merasa takut. Namun, orang tua dan anak sebenarnya memiliki keinginan sama yaitu, ingin anak disiplin, bertanggung jawab, dan jujur.

Kebersamaan emosional ini tentunya tak akan terbangun bila masing-masing anggota keluarga tidak berusaha meninggalkan gadget-nya saat bersama. Bila setiap anggota keluarga memprioritaskan kebutuhan emosional satu sama lain, bukan tak mungkin kebersamaan yang lebih hangat akan tercapai.

Sumber: PT Kraft Foods Indonesia