Pentingnya Kualitas Air Untuk Indonesia Sehat



1,5 Juta Anak Meninggal Tiap Tahun Akibat Air Tercemar

Peringatan Hari Air Dunia (HAD) yang jatuh pada 22 Maret kembali mengingatkan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Tema global Clean Water Quality Challenges and Opportunity mengajak semua pihak peduli terhadap penanganan masalah pencemaran dan pelestarian sumber daya air.

Persoalan air adalah masalah global. Komponen ini begitu dibutuhkan, tetapi tidak banyak yang sadar untuk menjaga kualitasnya. Pencemaran air makin hari makin menjadi-menjadi, sementara pasokan air bersih terus menipis. Sebuah perpaduan yang sangat rentan menyebabkan munculnya berbagai penyakit.

WHO mencatat, sebanyak 1.500 kilometer kubik lebih air limbah diproduksi dunia. Sayang, di negara-negara berkembang, lebih dari 80 persen air limbah tidak didaur ulang akibat belum memadainya regulasi dan minimnya sumber daya (resources). Padahal, sejatinya air limbah dapat dimanfaatkan untuk sumber energi dan keperluan irigasi.

Diperkirakan, 884 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih. Sebagian besar dari mereka hidup di Afrika. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan urbanisasi, polusi kimia dan spesies invasif adalah faktor utama berkontribusi terhadap penurunan kualitas air. Akibatnya bagi lingkungan dan bagi umat manusia cukup besar. Hampir 1,5 juta anak meninggal setiap tahun akibat air yang tercemar.

Tidak hanya itu, kondisi air di lingkup Asia juga memprihatinkan. Dilansir dari situs www.grinningplanet.com, sungai-sungai di Asia merupakan sungai yang paling tercemar di dunia. Pasalnya, di wilayah yang sebagian besar negaranya merupakan negara berkembang, sungai-sungai mengandung tiga kali lebih banyak bakteri kotoran manusia dari rata-rata pencemaran global dan 20 kali lebih besar dari sungai-sungai di negara industri. Ini sungguh memprihatinkan mengingat sungai merupakan salah satu sumber air baku. Pencemaran air tawar (air minum) adalah masalah bagi sekitar setengah dari populasi dunia. Setiap tahun ada sekitar 250 juta kasus penyakit yang berhubungan dengan air, dengan kira-kira 5 sampai 10 juta kematian.

Khusus di Indonesia, sejatinya potensi sumber daya air cukup besar. Negara kita menduduki posisi ke-5 di dunia setelah Brazil, Amerika, dan Canada. "Meski cadangan air yang tersedia cukup banyak, penting sekali menjaga kualitas air demi keberlangsungan kehidupan di masa yang akan datang,'' ungkap Ketua Umum Panitia Hari Air Dunia XVIII dan Forum Air Indonesia IV Mochammad Amron. Menurutnya, upaya itu juga menjadi penekanan peringatan HAD yang secara nasional mengambil tema Pentingnya Kualitas Air Untuk Indonesia Sehat.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menilai tema peringatan Hari Air Dunia 2010 yang kali ini mengambil tema Communicating Water Quality Challenges and Opportunities tidak terlepas dari permasalahan sumber daya air (SDA) yang cenderung semakin memprihatinkan. Melalui peringatan HAD, diharapkan kesadaran sekaligus kepedulian dari semua komponen terkait akan tercipta. Dengan demikian, ke depan masalah buruknya kualitas air dapat ditangani secara berkesinambungan dan terpadu.

Dia tidak menampik bahwa lebih dari 80 persen air limbah di negara-negara berkembang tidak didaur ulang akibat regulasi yang belum memadai dan minimnya sumber daya (resources). Padahal, air limbah bisa dimanfaatkan

dengan sentuhan teknologi. "Bukan sebaliknya, malah terbuang percuma apalagi mencemari lingkungan," tegas Menteri PU saat memberikan sambutan pada peringatan HAD ke-18 yang dipusatkan di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Timur, Sabtu (20/3) lalu.

Di lain sisi, tutur Menteri PU yang juga menjabat Ketua Harian Dewan SDA Nasional tersebut, meningkatnya populasi penduduk dan industri justru menambah sumber polusi baru juga menurunkan keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air bersih. Padahal, kualitas air yang memadai sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kehidupan.

Oleh karena itu, permasalahan air yang melanda dunia seharusnya menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat dunia untuk bersama-sama melestarikan SDA secara berkelanjutan. ''Pengalaman menunjukkan, pengelolaan SDA berkelanjutan perlu melibatkan semua pihak. Karena pada dasarnya, masalah air adalah urusan semua orang, bukan hanya sebagian,'' tegas Djoko.

Atas dasar itu, pentingnya komunikasi antar para stakeholder sangat menentukan dalam mengatasi buruknya kualitas air. Menurut Djoko, masalah SDA hanya dapat diatasi melalui pendekatan teknis struktur (konstruksi) dan pendekatan non struktur berupa pengaturan dan Kampanye Peduli Air (public awareness campaign).

Meski begitu, Djoko menyambut baik upaya pengelolaan SDA ke depan yang menitikberatkan pada Pola Pengelolaan Wilayah Sungai. "Melalui pola itu, setiap kegiatan konservasi SDA, pemberdayaan SDA, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah Sungai dapat dikontrol dan dievaluasi," imbuh Djoko.

Saat ini, terdapat 133 wilayah sungai (WS) di Indonesia. Sebanyak 69 WS dikelola oleh pemerintah pusat melalui Balai dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Sedangkan sisanya (64 WS) di bawah wewenang provinsi atau kabupaten.

Terkait upaya tersebut, Djoko menyambut baik dijadikannya Sungai Ciliwung sebagai starting point dalam peringatan HAD ke-18 kali ini. Dia berharap Sungai Ciliwung yang digarap BBWS Ciliwung-Cisadane (Cilicis) bisa dijadikan contoh bagi upaya serupa di daerah aliran sungai atau wilayah sungai lain di tanah air. (ign/fat)

original link:
Hari Air Dunia ke-18, Pentingnya Kualitas Air Untuk Indonesia Sehat




water filter demi kualitas air yang lebih baik
best water for best future
www.waterspecialist.blogspot.com