Perempuan mendamba perlakuan romantis dari pasangannya, pacar atau suami. Namun, ketika pasangan tiba-tiba memberikan kejutan romantis, mulai memberikan bunga hingga hadiah yang sebenarnya disukainya, justru perempuan mempertanyakan motif di baliknya.
Apakah hal ini juga terjadi pada Anda? Jika ya, Anda tak sendiri. Studi terkini menunjukkan bahwa pria yang bersikap "terlalu baik" justru membuat pasangannya cenderung khawatir bahkan curiga dan berasumsi negatif, salah satunya perselingkuhan.
Menurut survei terhadap 2.000 orang dewasa, dua pertiga perempuan mengaku curiga jika pasangannya tiba-tiba berperilaku tak biasa. Mulai mencoba gaya baru saat bercinta, berperilaku romantis, bahkan membuatkan sarapan dan menyajikannya di tempat tidur.
Pemicu lainnya yang bikin perempuan lebih curiga, adalah ketika pacar atau suami memberikan hadiah perhiasan dan pakaian dalam seksi. Bahkan, niat baik pasangan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, dapat membuat perempuan bertanya-tanya maksud di baliknya. Meskipun sebenarnya sikap pria seperti ini menjadi dambaan perempuan. Karena sepertiga responden perempuan mengaku senang jika memang benar pasangannya berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan menyenangkan sebagai mitra hidup.
"Ketika pria berpikir bahwa ia hanya ingin berbuat baik dengan menghujani pasangannya hadiah dan afeksi, justru perempuan tak berpikir demikian," jelas Louise Thompson Davies, juru bicara Kellogg's, penyelenggara survei.
Davies memaparkan, tingginya tuntutan pekerjaan dan kehidupan di masa kini telah membuat perlakuan manis dan romantis seperti membawakan sarapan ke tempat tidur, menjadi sesuatu hal yang langka. "Inilah sebabnya, banyak perempuan yang kemudian menjadi panik dan curiga ketika menerima perlakuan seperti ini. Perubahan kecil dalam perilaku pria membuat perempuan justru merasa khawatir," jelasnya.
Meski begitu, fakta lainnya dari survei ini menunjukkan perempuan cenderung menghiraukan kekhawatirannya dan menikmati perhatian lebih yang diberikan pasangannya. Bagi beberapa perempuan, perilaku romantis dari pasangannya lebih penting daripada kesetiaannya.
Hadiah
Hadiah kejutan seperti cokelat menjadi pemicu kekhawatiran perempuan. Satu dari enam perempuan mengaku, pasangannya memberikan hadiah sebagai penebusan atas kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Sementara seperlima perempuan mengaitkan hadiah dengan perselingkuhan. Kebanyakan perempuan berpikir bahwa hadiah dari pasangannya merupakan petanda bahwa ada sesuatu hal yang sedang disembunyikan dan menjadi cara pria mengalihkan perhatian.
Jika diurutkan, berikut beberapa hal dari pria yang membuat pasangannya curiga: membelikan perhiasan, mencoba gaya baru saat bercinta, lebih emosional, membelikan bunga, membelikan cokelat, lebih perhatian, membelikan pakaian dalam seksi, merencanakan liburan romantis singkat di akhir pekan, mengajak belanja, melakukan pekerjaan rumah, lebih sering bilang cinta, membuatkan dan menyiapkan sarapan di tempat tidur, lebih sering memuji, lebih sering SMS, memasak, lebih sering menelepon, mendengarkan pasangannya lebih baik, lebih rajin mandi, tak lagi merebut remote televisi, lebih sering bermesraan.
Dua pertiga perempuan mengaku jika kecurigaan semakin meningkat, mereka semakin tenggelam dalam kekhawatirannya sendiri. Sementara lebih dari sepertiga perempuan mengaku semakin "baik" perilaku pasangan, mereka akan semakin mencari tahu melalui ponsel juga Facebook untuk memenuhi rasa penasarannya.
Sementara, sebaliknya di sisi pria. Justru, pria mengaku curiga dengan pasangannya jika tak lagi menunjukkan perhatian lebih atau sikap romantis. Pria juga merasa curiga pada pasangannya, terutama jika istri atau kekasihnya lebih peduli pada penampilan. Termasuk menggunakan pakaian dalam seksi dan semakin tak peduli dengan urusan rumah tangga.
Jean Hannah Edelstein, penulis buku panduan hubungan berpasangan Himglish and Femalese: Why Women Don’t Get Why Men Don’t Get Them, mengatakan, "Perempuan kerap mengaitkan perilaku romantis dengan fase awal hubungan, saat pria melakukan pendekatan dengan melakukan berbagai hal romantis sebagai usahanya membangun komitmen hubungan."
Edelstein melanjutkan, perempuan cenderung berpikir bahwa perilaku romantis pasangannya menghilang begitu komitmen terbangun. Pada akhirnya, saat suami atau kekasihnya kembali melakukan berbagai hal yang romantis justru memunculkan asumsi negatif dalam diri perempuan. "Hal ini sangat disayangkan," ungkapnya.
Jika Anda merasakan ada yang berbeda dari perilaku pasangan, sebaiknya ungkapkan tanpa berkonfrontasi, dan tidak berasumsi, apalagi membuat kesimpulan sendiri, saran Edelstein.
Sumber: Daily Mail Online