Perempuan yang tidak merencanakan kehamilan kadang-kadang tidak sadar bila dirinya sedang hamil.
Banyak perempuan yang tidak menyadari dirinya hamil, bahkan saat usia kandungan memasuki trimester pertama (1-3 bulan). Ketidaktahuan ini tak jarang membuat mereka lengah menjaga diri. Misalnya, saat memilih asupan makanan dan melakukan aktivitas. Padahal, beberapa kegiatan hingga makanan harus dihindari semata-mata agar calon ibu bisa menjaga janinnya tumbuh dan berkembang sempurna. Apalagi masa trimester pertama merupakan masa yang paling rawan (rentan keguguran) bagi perkembangan janin, lho.
Menurut dr Fernandi Moegni, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari Rumah Sakit Royal Progress, hal ini bisa terjadi pada perempuan yang tidak melakukan perencanaan untuk hamil.
“Kebanyakan juga kurang memperhatikan keteraturan datang haidnya tiap bulan,” tambahnya. Misalnya, tidak mencatat datangnya haid tiap bulan. Padahal pencatatan siklus menstruasi memiliki banyak manfaat, seperti mengetahui kapan terlambat datang bulan. Akibatnya, mereka baru menyadari hamil setelah terasa lama tidak mendapat haid, sekitar 3-4 bulan.
Alasan kedua mengapa tidak sadar hamil adalah bila Anda memang memiliki siklus haid yang tidak datang teratur setiap bulan. “Mereka seringkali baru mendapat haid tiap 2 bulan atau 3 bulan sekali, sehingga wajar bila mereka terlambat mengetahui kehamilan pada dirinya,” jelas Fernandi.
Kemungkinan terburuk yang bisa terjadi ketika calon ibu tidak menyadari dirinya hamil adalah bayi lahir dengan kelainan, seperti cacat. Hal ini dipengaruhi faktor internal, seperti gaya hidup. Misalnya, dalam kurun waktu 1-3 bulan itu, si ibu mengonsumsi obat-obatan, rokok (jika calon ibu perokok aktif), alkohol, atau jenis makanan yang berbahaya bagi perkembangan janin. Meski demikian, cacat saat lahir pada bayi juga bisa dikarenakan oleh faktor genetik.
Karena itu menurut dr Prima Progestian, SpOG, spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari RSIA Muhammad Taman Puring & RSIA Brawijaya, janin tidak akan mengalami masalah apapun selama ibunya bukan perokok aktif serta tidak mengonsumsi obat-obatan dan minuman beralkohol di semester awal kehamilannya.
Alkohol dan asap rokok, bisa membuat bayi kecil dan lahir prematur. Sedang obat-obatan bisa membuat cacat janin, seperti bayi cacat di kepala, bibir sumbing, dan kelainan jantung. Itu pun jika obat-obatan dikonsumsi pada masa pembentukan organ (0-11 minggu). Setelah masa itu lewat, tidak akan ada pengaruhnya sama sekali.
"Pada masa pembelahan embrio (pertumbuhan), cacat masih bisa terjadi. Enggak mungkin, kan, bibir yang sudah tumbuh sempurna tiba-tiba sumbing. Itulah bedanya antara 'tumbuh' dengan 'kembang'. Jadi usahakan saat di semester awal kehamilan, si ibu benar-benar berhati-hati dan menjaga diri dari obat, makanan, dan radiasi. Sehingga saat pembentukan organ menghasilkan janin yang organnya bagus," ujar Prima.
Kelainan pada janin juga bisa diakibatkan oleh faktor lingkungan, yang biasanya dipengaruhi oleh radiasi zat kimia, polusi, dan asap rokok (kalau calon ibu perokok pasif). Menurut survei, ada 10 persen kasus cacat lahir pada bayi yang dikarenakan faktor ini.