Mencari Investasi Aman Saat Krisis
Obligasi terbitan pemerintah tidak memberikan hasil nyata, harga emas amat sangat mahal, dan pasar saham terus melemah
Perekonomian global ternyata lebih buruk dari perkiraan semula. Obligasi terbitan pemerintah tidak memberikan hasil nyata, harga emas amat sangat mahal, dan pasar saham terus melemah.
Nah, apa yang harus dilakukan investor? Meminjam frasa dari Watergate: follow the money: temukan siapa yang memegang uang tunai lalu pergilah ke sana. Tips ini, untuk banyak investor dapat berarti obligasi korporasi berperingkat tinggi dan saham pada perusahaan solid.
Bagi investor lain, menanamkan dana di pasar berkembang dengan imbal hasil besar atau tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Itu untuk jangka pendek. Untuk jangka yang lebih panjang, para investor masih menyukai saham yang kinerjanya melampaui obligasi.
Banyak juga investor yang berupaya menyatu dengan badai dengan berinvestasi pada obligasi korporasi yang bagus dan saham, jika memiliki arus kas bagus. "Aset pada sektor swasta akan berkinerja lebih baik dibandingkan dengan aset pada sektor publik. Neraca perusahaan jauh lebih jelas dibandingkan dengan neraca negara," ujar Klaus Wiener Kepala Riset pada Generali Investments di Cologne.
Banyak investor yang menyerbu obligasi perusahaan dengan peringkat baik yang memberikan peringkat lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi di negara mereka. Jumlah ini tampaknya akan bertambah jika peringkat AS benar-benar diturunkan. Hal itu mencerminkan krisis surat utang pemerintah di AS dan Eropa telah mengubah kategori risiko di benak para investor.
Banyak obligasi berimbal hasil tinggi dari negara berkembang sekarang dipandang sebagai investasi yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan obligasi di zona euro. Bahkan beberapa saham dinilai lebih aman dibandingkan dengan obligasi pemerintah.
Wiener mengatakan, perusahaan terkait sektor energi dan asuransi terlihat merupakan sektor yang memiliki arus kas stabil.Thomson Reuters StarMine memperlihatkan data asuransi gobal dengan rasio utang jangka panjang dengan ekuitas sebesar 0,41. Angka itu menunjukan lebih tinggi dibandingkan dengan rasio pada sektor finansial yang sebesar 1,52.
Sanjay Joshi, manajer portofolio pada London & Capital Wealth Management menyatakan, menyukai instrument investasi seperti obligasi korporasi dengan tingkat investasi bagus sebagai pengaman jangka pendek. Dia mencontohkan, seperti perusahaan Johnson and Johnson, Wal-Mart and Tesco.
Aliran dana ke pasar berkembang yang sering dipandang sebelah mata sebagai investasi, kini menjadi tempat persinggahan untuk mencari keamanan, walaupun terkadang bergejolak juga. Keamanan fiskal di negara berkembang sudah jauh membaik saat ini dan telah menghasilkan buahnya.
Dua instrument aman, obligasi pemerintah yang berkualitas tinggi dan uang tunai akhirnya juga tidak dapat memenuhi keinginan investor untuk melindungi mereka dari penurunan ekonomi global dan berbagai krisis. Tingkat suku bunga rendah obligasi pemerintah dari negara maju, dikombinasikan dengan beberapa kasus dengan program pelonggaran kuantitatif dengan mencetak uang, membuat imbal hasil jika memenang uang tunai tidak dapat diandalkan.
Surat berharga bertenor enam bulan atau lebih rendah dalam denominasi dollar AS, pound dan yen hanya memberikan imbal hasil kurang dari 1 persen. Euro bahkan lebih rendah lagi. Sementara untuk obligasi, kenaikan inflasi dan permintaan instrumen investasi aman selama berbagai krisis membuat obligasi pemerintah menghasilkan imbal hasil netto yang negatif. Maksudnya, pembelian obligasi saat ini tidak dapat menutupi kenaikan biaya hidup.
Sebagai contoh, obligasi Jerman yang merupakan obligasi paling top di Eropa, memberikan imbal hasil sebesar 2,4 persen, sama dengan tingkat inflasi. Sehingga imbal hasil riilnya nol. Ini merupakan pertama kali terjadi setidaknya sejak tahun 1957. Imbal hasil obligasi AS dan Inggris bahkan sudah negatif. Hanya Jepang yang menawarkan imbal hasil positif karena tingkat inflasi Jepang nyaris tidak ada.
Walaupun demikian, investor masih mencari obligasi pemerintah. Sedikit merugi masih bisa diterima, setidaknya untuk saat ini. Emas saat ini juga menjadi incaran investor. Demikian pula Swiss franc yang mencapai rekor terhadap dollar AS dan euro. Kedua aset itu semakin popular dijadikan pengaman di saat krisis.