Celana Jeans Pensil Jadi Tren Pemudik Jawa-Sumatera di Mudik Lebaran 2011
ilustrasi
Dari ratusan ribu pemudik asal Pulau Jawa tujuan Sumatera yang turun di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, sebagian besar berpenampilan modis untuk mencitrakan telah sukses marantau kepada keluarganya di kampung halaman mereka.
Berdasarkan pemantauan di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, selama angkutan arus mudik, pemudik yang turun dari kapal feri yang bersandar di pelabuhan tersebut mengenakan pakaian tren perkotaan, celana jins pensil, tas kecil di punggung, bahkan sebagian menggunakan kacamata berbagai warna.
Lalu, mereka menarik koper beroda untuk perjalanan dengan berbagai merek terkenal yang harganya antara Rp 400.000 hingga Rp 800.000 sehingga tampak cukup mewah.
Meskipun tampak berkeringat karena membawa tas tersebut dan barang bawaan, mereka masih tampak semangat mudik dan tampilan mereka tetap menunjukkan orang kota yang telah sukses meskipun tempat tinggalnya berada di perdesaan Pulau Sumatera.
Para pemudik sebagian besar merupakan pekerja yang mengadu nasib ke Pulau Jawa sebagai pekerja di berbagai perusahaan industri, penjaga toko, dan lain-lain, bahkan sebagai pekerja rumah tangga.
Selain itu, sebagian dari mereka tampak berdandan terlebih dahulu di sejumlah tempat peristirahatan di sebelum menuju ke Terminal Bakauheni untuk melanjutkan perjalanan ke Terminal Induk Rajabasa.
Penampilan pencitraan kesuksesan tersebut sangat tampak sekali pada pemudik yang masih berusia muda di bawah umur 30 tahun dengan berpakaian mencerminkan tren perkotaan yang gaul dan keren.
Sementara itu, pemudik yang berasal dari Pulau Sumatera menuju Jawa tampak sederhana, bahkan ada yang hanya membawa barang menggunakan kardus yang diikat tali plastik dan tas seadanya untuk membawa pakaian mereka, tetapi dari Sumatera sudah jarang, kecuali para orang tua.
Salah satu pemudik di pelabuhan tersebut, Septiana (24), mengaku akan pulang ke kampung halaman di Kecamatan Labuhanmaringgai, Kabupaten Lampung Timur, setelah bekerja di sebuah pabrik sepatu di Kota Tangerang.
Septiana, yang memakai celana jins pensil, baju, dan jaket ketat serta membawa traveling bag, mengaku bekerja di pabrik tersebut karena diajak saudaranya yang telah bekerja selama dua tahun di pabrik sepatu itu.
"Saya sendiri baru bekerja enam bulan lalu menyusul saudara di Tangerang dan sekarang akan mudik ke kampung," terangnya.
Pencitraan sukses inilah yang membuat jumlah mereka meningkat hampir dua kali lipat pada arus balik dari Sumatera karena sebagian saudara mereka di kampung tertarik ikut bekerja di Pulau Jawa.