Makanan Berlemak Perbaiki "Mood"


Semua orang tentu selalu berupaya untuk terus merasa senang dan bahagia. Tetapi kebahagiaan terkadang menjauh, ada kalanya juga datang secara tiba-tiba. Untuk selalu merasa senang adalah tantangan bagi siapapun. Mereka yang selalu merasa senang dan bahagia adalah yang paling beruntung di dunia ini.
Tetapi kini, untuk mempertahankan suasana hati yang senang sepertinya begitu sulit menurut peneliti dari Universitas Leuven Belgium. Hasil riset para ahli di sana mengindikasikan, mengonsumi makanan berlemak memungkinkan Anda tetap bersemangat. Artinya, Anda hanya perlu menyantap sepotong kue atau coklat untuk meningkatkan mood (suasana hati) Anda dalam seketika.
Fakta menunjukkan, ada hubungan kuat antara apa yang terjadi di dalam tubuh dan kondisi emosional yang kita alami. Penelitian ini juga membuktikan, selera juga berpengaruh untuk membuat kita makan dengan nyaman. Misalnya, kita cenderung lebih senang memakan coklat ketimbang apel kala dilanda stres.
Dalam risetnya, para ahli melibatkan 12 orang sehat dan tak tergolong obesitas. Peneliti menggunakan pipa saluran makanan berisi cairan campuran asam lemak atau garam untuk kemudian dimasukkan ke tubuh relawan. Para peneliti memilih asam lemak karena banyak tersedia dalam beragam jenis makanan.
Para peneliti lalu memetakan bagian-bagian tertentu pada otak relawan menggunakan scan MRI. Bagian-bagian tertentu pada otak akan tampak aktif saat relawan merasa sedih. Relawan juga diminta mendengar musik sedih atau netral dan juga diminta untuk melihat gambar bertema sedih dan netral. Mereka diminta berbicara ketika mereka merasa kenyang, lapar, dan mood mereka sebelum melakukan scan MRI. Relawan tidak tahu jika mereka diberi asam lemak atau garam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesedihan hampir 50 persen lebih rendah pada relawan yang menerima asam lemak dibandingkan dengan mereka yang menerima larutan garam. Emulsi asam lemak ditemukan dapat memengaruhi bagian otak yang mengalami aktivasi atau represi karena emosi atau suasana hati. Lemak ternyata dapat mengurangi beberapa perubahan pada saraf.
Yang perlu ditekankan adalah, penelitian ini dilakukan pada individu non-obesitas. Dengan begitu, apakah itu berarti mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih bahagia? Atau apakah mereka yang obesitas dan kelebihan berat badan setidaknya memiliki nilai lebih terkait kebahagiaan? Tentu hal ini perlu diteliti lebih lanjut.