Krisisnya di Yunani, Bangkrutnya di Turki


ISTANBUL, KOMPAS - Dampak krisis Yunani telah sampai di Istanbul, Turki. Koran utama milik kelompok minoritas Yunani di Istanbul yang sudah berusia 86 tahun terancam ditutup. Iklan yang masuk ke harian Apoyevmatini bertiras mini itu semakin menipis. Pasalnya, banyak perusahaan Yunani yang memangkas belanja iklannya mulai tahun lalu.


Kekacauan finansial yang membawa Yunani ke jurang kebangkrutan seolah mempercepat masuknya koran "Apoyevmatini" ke dalam peti mati.

Tanda-tanda akan berakhirnya Apoyevmatini sudah terlihat dalam pekan ini ketika ada kunjungan Bedri Sarica pencetak koran sekaligus kawan dari pemilik Apoyevmatini, Mihail Vasiliadis. “Saya menghabiskan waktu 60 tahun hidup saya di sini. Saya juga merasa terpukul seperti sedang menghadapi kematian anak saya,” ujar Sarica.

Bagi Vasiliadis, kekacauan finansial yang membawa Yunani ke jurang kebangkrutan seolah mempercepat masuknya Apoyevmatini ke dalam peti mati. Dari tahun ke tahun, pelanggannya semakin surut.

Harian berbahasa Yunani di Turki ini hanya memiliki 600 pelanggan. “Kami dapat bertahan karena iklan dari perbankan dan maskapai penerbangan sejak tahun 1980-an. Krisis di Yunani menghantam para pemasang iklan ini,” ujar Vasiliadis.

”Sejak awal tahun ini, kami telah merugi sekitar 300 lira Turki (Rp 1,5 juta) per hari. Saya tidak dapat menanggungnya,” tambah dia.

Orang Turki bukan berpangku tangan atas keadaan Apoyevmatini. Kaum intelektualnya telah memobilisasi gerakan menyelamatkan Apoyevmatini melalui kampanye online. Salah satu tujuannya adalah menarik perhatian pelanggan baru. ”Koran ini memiliki bagian sejarah tidak ternilai dari Republik Turki,” ujar Samim Akgonul seorang ilmuwan politik pada Universitas Strasbourg Perancis.

”Harian ini juga merupakan perekat di antara komunitas Yunani yang memungkinkan orang Rum dapat membaca dalam tulisan Yunani,” tambahnya lagi. Rum merupakan sebutan bagi komunitas Yunani di Turki.

Kampanye itu memang menghasilkan pelanggan baru. Tetapi solusi jangka panjang belum juga didapatkan. ”Orang yang tidak berbicara bahasa Yunai bahkan berlangganan untuk membantu kami,” kata Vasiliadis. ”Kami harus mengumpulkan uang cukup banyak agar dapat bertahan satu atau dua bulan. Tetapi jika gagal dan tidak mendapatkan dukungan institusi, koran ini akan ditutup,” katanya lagi.